Mengatasi anak bicara kotor, 12 06 2017

Pertanyaan walimurid saat usai pembagiaan laporan hasil belajar.
"Ibu, bagaimana cara menghadapi anak yang sering bicara kotor?"
Hasil diskusi:
Anak ibarat gelas. Kata yang baik ibarat air putih, kata yang kotor ibarat air biru.
Maka, keadaan anak tadi kita umpamakan gelas yang berisi air putih tertetes air biru.
Tentu saja air berubah menjadi warna biru semua.
Bagaimana agar air dalam gelas bisa putih kembali? Tentu saja tidak mungkin kita biarkan saja, atau sekali siram saja, berharap bisa berubah warna.
Maka, cara yang mungkin bisa dilakukan diantaranya adalah,
Tambahlah isi gelas dengan air putih terus menerus, terus dan terus. Lama kelamaan, warna biru akan keluar dari gelas, dan akan tergantikan dengan warna putih.
Yang harus diperhatikan adalah, tambahan air harus benar-benar air putih. Dan air putihnya harus lebih banyak dari air biru. Jangan sampai air biru ditambah terus, atau justru air tambahan malah berwarna warni, sehingga warna air semakin sulit disebut warna apa.

Jadi, usaha paling sederhana yang mungkin bisa dilakukan, adalah:
1. Orangtua harus introspeksi, pernahkan berbicara kotor pada anak? Ingat, anak habya menirukan. Apa yang didengar dan apa yang dilihat.
2. Saat orang tua mendapat gangguan, ekspresi yang keluar, sabar atau marah, kata-kata yang terucapkan kalimat yang baik, atau kotor?
3. Bagaimana pula pengaruh lingkungan.

Dus! Oleh karena itu, maka orang tua atau keluarga hendaklah:
1. Perbanyaklah kata2 yang baik yang didengar anak dalam keluarga.
2. Dalam kondisi sedang terganggu, atau sedikit tersinggubg, marah atau jengkel, jangan sampai melontarkan kata2 kotor. Tapi sebutlah Allah, atau kalimat2 yang baik dan sabar.
3. Jika lingkungan banyak mempengaruhi anak, kurangilah anak bergaul dengan lingkungan, berilah anak pengertian, dari hati ke hati.
Jangan pula anak distop tidak bergaul dengan kawan, dan dikurung bermain dalam rumah sendiri. Biasanya akan mendatangkan akibat yang lain.
4. Jangan sampai, ketika anak bicara kotor, orangtua malah memarahi dan bicara kotor pula padanya. Karena betapapun badai dan topan bentuk gangguan dari lingkungan menghadang, pertahanan tebaik bagi anak, tetaplah dari keluarga. Terutama dari ibu dan ayah.
Jika demikian, maka lama kelamaan anak akan lebih sering mendengar kalimat baik, dan itu yang akan ditirukan anak. Insya Allah.
Semoga kita orang tua dapat menjalankan amanah mendidik anak dengan baik dan sabar.
Amiiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita AKU ANAK HEBAT

PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI di TK