Cerita AKU ANAK HEBAT
CERITA
AKU ANAK HEBAT
Namaku Ahmad, aku anak laki-laki
berumur 6 tahun. Rambutku lurus, warna kulitku kuning langsat. Aku sekolah di
Taman Kanak-kanak Harapan Bangsa. Aku tinggal bersama nenek dan paman di desa
Suka Damai.
Wuuushsh! Wuuushsh! Suara angin meniup
pohon-pohon tinggi di dekat rumahku. Gemericik suara air mengalir dari sawah ke
banda samping rumahku. Jalanan sepi, siang itu panas sekali. Aku pulang
sekolah.
“Assalamualaikum! Tok! Tok! Tok! Nek, Nenek! Ahmad datang,nek.”
“Walaikumussalam, cucuku. Alhamdulillah,
kamu sudah datang, nak.”
Akupun langsung meletakkkan sepatu dan
tas pada tempatnya. Tak lupa ganti pakaian lalu cuci tangan dan kaki. Nenek
mengajarkanku agar cuci tangan dan kaki setiap pulang sekolah agar debu-debu
dan kuman yang menempel, bersih dari anggota tubuh kita. Seperti biasa, nenek langsung
mengajakku makan di meja makan.
“Ayo, nak! Kita makan dulu. Nenek masak
sayur asam dan goreng ikan kesukaanmu.”
“Iya, Nek. Terimakasih ya nek, nenek
memasakkanku setiap hari. Semoga nenek selalu sehat. Amin.”
Nenek mengingatkan agar aku mengikuti Nabi
Muhammad saw.Bersyukur atas rejeki yang diberi Allah,makan menggunakan tangan
kanan dan minum dengan duduk.Supaya makanan jadi berkah, badan menjadi sehat
dan kuat. Akupun berdoa kepada Allah, Sesudah shalat zuhur bersama nenek, aku
istirahat sebentar. Nenek pun menemaniku. Aku bercerita kepada nenek, senang
sekali aku belajar dan bermain di sekolah. Bu guru sangat sayang padaku. Teman-temanku
banyak, pintar, lucu dan hebat.
Aisya suka tertawa, lucu dan pandai
menyanyi. Rido pandai menggambar. Edo suka menggangu teman, tapi dia pandai
bermain sepak bola. Iman pandai mengaji. Ani anaknya pendiam, tapi suka
menolong.
Nenek juga bercerita. Kali ini nenek
bercerita tentang, tolong menolong singa dan tikus. Ceritanya begini.
Di siang hari yang panas, seekor singa kekenyangan
keluar dari hutan.Ia istirahat di bawah pohon besar dan rindang. Dihembus angin
sepoi-sepoi, singa tertidur pulas sekali.Tiba-tiba... datanglah seekor tikus lewat diatas badannya.
Mula-mula singa tidak terasa, karena badan tikus lebih kecil.Namun, ketika
sampai tepat di atas hidungnya, singa merasa geli. Singa lalubangun. Matanya
melirik ke pipi dari kanan ke kiri. Pelan sekali. mencari, siapa yang mengganggu
tidurnya.Ternyata, singa melihat seekor tikus.Ia mengira tikus kecil itu
sengaja mengganggu tidurnya.Singa geram dan marah.
“Huaargh!!!. Kumakan kamu!!!!Beraninya
kamu mengganggu tidur lelapku, hai tikus
kecil!”
Singa langsung menggenggam tikus.Tikus
pun ketakutan.Ia meminta maaf kepada singa penuh harap.
“Maaf, maaf tuan, aku tak sengaja. Aku
tak bermaksud mengganggu tidur tuan,”
tikus membela diri.
“Bohong!” kata singa sambil
mencengkeramkan kukunya ke tubuh tikus yang mungil.
“Benar tuan, aku sungguh tak sengaja.
Aku berjanji tidak akan mengulanginya
lagi.Maafkan aku. Tikus terus memohon sambil menghiba minta belas kasih, agar
singa tidak memakannya. Singa pun kasihan kepada tikus lantas melepaskannya
pergi.
Suatu hari, singa terperangkap masuk dalam jaring
pemburu. Semakin bergerak mau keluar dari jaring, semakin kuatlah tali itu
menjeratnya.Singa pun terus mengaum murka.
“Auuuum!!!... auuuuuuuuum!!! Suaranya
terdengar hingga jauh ke penjuru hutan.Tikus yang pernah hampir dimakannya
dulu, juga mendengarnya.
“Suara itu... suara itu ... aku kenal . Itu
adalah suara singa yang pernah membebaskan ku dulu” kata tikus.
“Kawan-kawan, yuk kita lihat apa yang
terjadi?” ajak si tikus kepada kawan kawannya.
Sampai di tempat singa, mereka
terkejut.“Masya Allah... tuan singa, tuan kenapa?” tanya tikus.
Huargh! Aku terjerat tali jaring pemburu.
Huargh!” kata singa.
“Tenang tuan! Kami akan menolong membebaskan tuan.” jawab
tikus.Tikus dan kawan-kawannya menggigit tali jerat pemburu tersebut .Sedikit demi sedikit tali digigit sampai
putus.Akhirnya, bebaslah singa dari tali yang menjeratnya.
“Alhamdulillah.... Aku bebas sekarang.”
Kata singa.
“Hai tikus kecil dan kawan kawan!Terima
kasih atas kebaikan kalian semua, ya. Sungguh aku tak menyangka. Ternyata hewan
kecil seperti kalian dapat melakukan pekerjaan yang aku tidak dapat melakukanya.
Aku tak mau sombong lagi.” tambah si singa.
“Sama-sama tuan singa, biasa aja kok.”
Jawab tikus dan kawan-kawan kompak.
Akhirnya, berkat saling tolong menolong, mereka sama-sama
selamat sekarang hidup senang dan bahagia.
Dari jauh nampaklah orang naik sepeda.
Memakai topi pak tani. Tapi wajahnya tidak kelihatan. Mungkin karena panas
sekali, jadinya wajahnya supaya sedikit tertutup caping. Sepertinya capek
sekali. Jalanan agak naik, dan membawa rumput untuk makanan kambing.. Aku
penasaran, siapa dia. Sudah dekat rumah,
capingnya belum juga dinaikkan. Aku tambah penasaran, tapi aku yakin, itu
paman.
Selesai cerita, paman datang dari sawah
naik sepeda.Paman sayang padaku. Aku juga sayang kepada paman. Paman rajin
bekerja, dan mengajarkanku tetap semangat. Ayahku sudah meninggal. Waktu ia
masih hidup, ayah seorang petani yang rajin. Paman selalu bersama ayah ke
sawah. Ayah meninggal karena sakit. Ibu meninggal saat melahirkan aku. Walau
demikian aku tetap bersyukur karena semua sayang padaku.
Besok paginya aku pergi ke sekolah. Aku
anak mandiri. Mandi, pakai baju, tidak merepotkan nenek. Tiap berangkat sekolah
selalu bersalam nenek dan paman.
Ibu guru dan teman-teman sudah menunggu.
“Anak-anak, hari ini kita berlatih
pengembangan bakat. Ada yang bermain
musik, menggambar dan olah tubuh tubuh yang lain. Anak-anak boleh
memilih yang di sukai.
“Horeeee!!!!” Anak-anak bersorak
gembira.
“Ibu, rido mau menggambar. Kalo sudah
besar rido mau jadi pelukis terkenal seperti Raden saleh, bu.”
“Iman ingin bermain musik pianika
bersama ani. Iman mau jadi pemain musik yang pandai mengaji. Seperti yang di
TV, bu. Seperti kak Al anaknya Ahmad Dani, bu.
Tiba-tiba, datanglah edo membawa bola.
Ibu, edo mau bermain bola saja, bu.
Aku sendiri bermain drama. Aku suka
menirukan orang-orang hebat. Aku ingin jadi petani yang rajin seperti ayah. Aku
juga ingin jadi polisi. Bisa mengatur lalu lintas agar jalan tidak macet. Bisa
juga membantu nenek menyeberang jalan.
Bu, Aisya ingin jadi dokter. Bisa
membantu orang sakit. Tapi sekarang Aisya mau latihan menyanyi.
Alhamdulillah, ibu guru senang hari ini.
Anak-anak ibu semuanya hebat dan semangat. Nanti kita latihan bersama, ada
dengan bu Lusi, ada dengan bu Laila, dan ada dengan Sisi. Tapi sebelum latihan
dimulai, kita dengar Aisya menyanyi. Silahkan Aisya!
Aisya lalu maju ke depan kelas,
mengucapkan salam, lalu menyanyi.
“Hormati orang tua yang t’lah mengasuh
kita
Yang t’lah merawat kita sampaikita
dewasa
Hormati guru kita yang tlah membimbing
kita
Hormati nenek yang sayang kita
Hormati kakek yang menjaga kita
Hormati orang yang lebih tua
Hormati semua.
Semoga bermanfaat dan menambah khazanah bagi pendidik dan orang tua dalam membangun karakter anak bangsa.
Bagi yang membaca, dengan senang hati
saya tunggu koment membangun yaa....
Komentar
Posting Komentar