Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

cerita anak

CERITA ANAK aisya anak yang rajin Oleh NURLAILA TUSSUBHA, S.PdI GURU TK PEMBINA Dalam Rangka Jambore Pendidik PAUD 2014 Tingkat Kota Padang Panjang Padang Panjang, 12 September 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan pertolongan dan petunjuk kepada penulis dalam membuat karya tulis berupa cerita dengan judul “Aisya Anak yang Rajin” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah kirimkan untuk suri teladan kehidupan umat semesta alam, yaitu Nabi Muhammad Saw. Pendidikan anak usia dini saat ini telah menjadi perhatian bagi pemerintah dan seluruh masyarakat. Di samping mengembangkan seluruh kemampuan dasar, pendidikan anak usia dini lebih ditekankan pada pembentkan karakter sebagai modal utama bagi kelangsungan anak dimasa depan. Cerita anak “Aisya Anak yang Rajin” berisi tentang cerita yang mengisahkan seorang anak perempuan seusia dengan anak-anak di TK, dalam kehidupan sehari-hari. Aisya memiliki sifat yang mulia yait

ani dan telur ayam kampung

Ani               dan Telur Ayam Kampung                 Nurlaila Tussubha, S.PdI IGTKI Kota Padang Panjang Porseni IGTKI Tingkat Propinsi Sumatera Barat 23 Januari 2013 Pegangan untuk orang tua dan pendidik anak usia dini ANI DAN TELUR AYAM KAMPUNG Ani adalah seorang anak perempuan, berumur enam tahun. Ia sekolah di TK Nurul Iman, desa Suka Damai. Ani tinggal bersama nenek. Ibunya telah meninggal dan ayahnya pergi merantau ke pulau Jawa. Ani anak yang sopan, jujur, mandiri  dan suka menolong     Siang itu, Ani pulang sekolah. Ia gembira, ingin segera bertemu dengan nenek. Tok! Tok! Tok! “Assalamualikum! Nek! Nenek! Assalamualaikum! “Loh, kok nenek tidak ada, kemana ya?” kata Ani. Ani menuju kamar nenek. “Assalamualaikum, nek!” “Waalaikumussalam. Alhamdulillah, kamu sudah pulang, nak.” Suara nenek gemetar dan pelan. Ani terkejut melihat nenek berbaring di atas tempat tidur. “Nenek! Nenek mengapa, sakit, ya?” tanya Ani.

Cerita AKU ANAK HEBAT

 CERITA AKU ANAK HEBAT             Namaku Ahmad, aku anak laki-laki berumur 6 tahun. Rambutku lurus, warna kulitku kuning langsat. Aku sekolah di Taman Kanak-kanak Harapan Bangsa. Aku tinggal bersama nenek dan paman di desa Suka Damai. Wuuushsh! Wuuushsh! Suara angin meniup pohon-pohon tinggi di dekat rumahku. Gemericik suara air mengalir dari sawah ke banda samping rumahku. Jalanan sepi, siang itu panas sekali. Aku pulang sekolah. “Assalamualaikum!  Tok! Tok! Tok! Nek, Nenek! Ahmad datang,nek.” “Walaikumussalam, cucuku. Alhamdulillah, kamu sudah datang, nak.” Akupun langsung meletakkkan sepatu dan tas pada tempatnya. Tak lupa ganti pakaian lalu cuci tangan dan kaki. Nenek mengajarkanku agar cuci tangan dan kaki setiap pulang sekolah agar debu-debu dan kuman yang menempel, bersih dari anggota tubuh kita. Seperti biasa, nenek langsung mengajakku makan di meja makan. “Ayo, nak! Kita makan dulu. Nenek masak sayur asam dan goreng ikan kesukaanmu.” “Iya, N

Tegalsari - Jetis - Ponorogo

Gambar
gambar masji dan makam beberapa tahun lalu Tegalsari Jetis Ponorogo Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Itu kata yang tak kan pernah henti dan tetap mengalir dalam diriku. Aku bersyukur dilahirkan ke dunia. menjadi seorang putri dari empat bersaudara dari ibuku yang mulia Masriyah, dan salah satu dari tujuh puteri dari empat belas bersaudara putera puteri bapakku Muhammmad Sulkhan Arifin. Seorang juru khitan di desa itu saat itu. Desa Tegalsari kecamatan Jetis kabupaten Ponorogo, di situ aku dilahirkan. Masa kecil kujalani dengan damai bahagia, karena aku tinggal tepat di sebelah selatan masjid Tegalsari. Masjid yang banyak menyimpan rahasia Ilahi karena berkah seorang kyai agung, seorang wali Allah yakni Mbah Kyai Ageng Besari. Masjid dan Makam beliau saat ini termasuk salah satu destinasi wisata religi di tanah Jawa. gambar masjid dan makam mbah Ageng sekarang  Bapak dan mbah putri pernah menuntut ilmu di pondok pesantren itu, yang kamarnya tepat di sebela

Masalah anak usia dini di TK

Gambar
Kemarin, hari Jumat, tanggal 13 Januari 2014 Anak-anak murid di TKku sudah pada pulang. Tinggallah si cantik dan si ganteng. Keduanya anak yang pintar dan pemberani. Saat si cantik melihat teman-teman pulang, ia berdiri ditepi pintu. Semntara si ganteng masih duduk di tikar sedikit bergeser di belakang si cantik. Sementara, diriku melepas anak-anak yang lain pulang.ada yang bersalaman denganku dari kelompok kelas sebelah. Tentu saja aku tak melihat si cantik dan si ganteng walau aku aku juga duduk di pintu yang sama namun membelakangi mereka. Tiba-tiba ku dengar tangisan memecah suasana. Tentu saja aku kaget. Tangisan itu adalah tangisan si ganteng. Bagai tak percaya, namun ini terjadi. Karena si ganteng anak yang lincah dan pemberani. Apalagi masalah bergelut sesama kawan laki-laki. Uih! Mantap. Tapi kali ini, kanapa nangis ya? Padahal gak ada kudengar mereka bergelut atau saling memukul. Setelah kutanya "kenapa?", ternyata... si ganteng sedih bukan kepalang. Ia m