Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Buya Sukarta

Seorang BUYA yang sangat santun, sopan, sederhana, hormat dan suka berbagi. Kenangan dan kesan bersama seorang buya yang sangat luar biasa. Pelajaran terindah saat ada pertanyaan. "Buya, saya pernah mengisi taushiyah. Sesudah itu saya mendapat rejeki, mungkin pengganti transport. Saya menerima sekian. Tapi saya diminta tandatangan kertas kwitansi kosong tanpa lambang bilangan. Saya sulit tidur dan ketakutan. Bagaimana buya?" Sang buya menjawab: "seharusnya saudara tidak usah menandatangi. Sebab, jika benar rejeki saudara segitu, harusnya ditulis dulu angkanya. Baru ditandatangani. Jika kosong dan saudara menandatangani, ternyata angka sebenarnya berbeda dari yang saudara terima, lalu digunakan untuk yang lain dan oleh yang lain, maka saudara telah medorong orang lain berbuat dosa. Untuk apa taushiyah diadakan?" MasyaAllah... Pertanyaan lagi. Saat seorang ibu menanyakan perilaku anak laki-lakinya. Lebih kurang begini. "Buya, saya terus berdoa untuk anak-

Sandiwara

Sandiwara dalam sebuah perusahaan. Seseorang bercerita sekilas padaku. Namun mendorongku menulisnya disini. Abis, lucu banget sih. Cerita seseorang menunjukkan apa yang dirasa. Tapi, apa yang dirasakan tak semuanya diceritakan. Karena itu juga tergantung, bagaimana dan siapa yang mendengar. Kedewasaan dan kematangan seseorang terlihat dari bagaimana menghadapai keadaan yang dihadapi. Apalagi dalam menjalankan tugas dalam sebuah perusahaan berkelas. Konon keuntungan bersih tiap tahun lumayan besar. karena produksinya telah dikenal dan terjual di mancanegara.  Waaah... beneran nih? Sebagai seorang office boy, ia harus menjalankan apa yang menjadi tuntutan dari atasan. ternyata, bukan atasan saja. ia juga selalu diawasi oleh pengawas perusahaan. apa sih namanhya, lupa. Yang menggelikan adalah, sebenarnya atasan yang lebih tahu. karena hari-hari dari datang hingga pulang, tentu atasan yang lebih tahu. Namun, ternyata pengawasnya yang lebih berperan. Jadi, kasihan ban