Buya Sukarta

Seorang BUYA yang sangat santun, sopan, sederhana, hormat dan suka berbagi.
Kenangan dan kesan bersama seorang buya yang sangat luar biasa.
Pelajaran terindah saat ada pertanyaan.
"Buya, saya pernah mengisi taushiyah. Sesudah itu saya mendapat rejeki, mungkin pengganti transport. Saya menerima sekian. Tapi saya diminta tandatangan kertas kwitansi kosong tanpa lambang bilangan. Saya sulit tidur dan ketakutan. Bagaimana buya?"
Sang buya menjawab: "seharusnya saudara tidak usah menandatangi. Sebab, jika benar rejeki saudara segitu, harusnya ditulis dulu angkanya. Baru ditandatangani.
Jika kosong dan saudara menandatangani, ternyata angka sebenarnya berbeda dari yang saudara terima, lalu digunakan untuk yang lain dan oleh yang lain, maka saudara telah medorong orang lain berbuat dosa. Untuk apa taushiyah diadakan?"
MasyaAllah...
Pertanyaan lagi. Saat seorang ibu menanyakan perilaku anak laki-lakinya. Lebih kurang begini.
"Buya, saya terus berdoa untuk anak-anak saya. Saya berusaha mendidik dengan adil. Tapi kok ada 1 yang berbeda. Kata teman, guru dan tetangga, dia bagus. Namun saya ingin lebih baik lagi. Bagaimana buya?
Bu, berdoa jangan putus. Anak-anak yang sekarang belum tentu seperti itu nanti. InsyaAllah dia akan berubah. Jadi jangan putus asa. Apalagi jika orang tuanya baik dan taat, InsyaAllah kelak pada saatnya anaknya akan baik. Jadi, teruslah berdoa."
Dalam kesempatan lain menjelang Idul Fitri.
Sang buya selalu bersedekah dengan berbagi kain sarung kepada para guru TK dibelakang rumah beliau.
Beliau sering mengajak dan menggendong cucu untuk bermain melihat anak-anak PAUD dan TK belajar.  Beliau sering menyapa ibu guru, dan memgatakan, "ibu teladaaaannn"...
Yang sangat berkesan adalah, beliau mendoakan anak-anak agar lancar dan berkah dalam menuntut ilmu.
Buya... masih terbayang buya memberi taushiyah langsung.
Buya sangat disayangi banyak orang.
Namun ALLAH lebih sayang kepada buya. Niat pergi ke rumah ALLAH, ALLAH langsung menyambutnya.
Semoga sakit yang menimpa adalah jalan ALLAH menggugurkan dosa dan kesalah buya.
Buya hebat telah pergi. Umat dan keluarga bersedih ditinggalkan buya selamanya.
Namun sedih itu dihibur oleh ALLAH, buya dipanggil menghadap ALLAH tepat saat hari kesepuluh, di bulan suci Ramadhan. 1440 H. Sungguh, dambaan meninggal dibulan Ramadhan. Buya telah mendapatkan itu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita AKU ANAK HEBAT

Magister

PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI di TK