Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Buya Sukarta

Seorang BUYA yang sangat santun, sopan, sederhana, hormat dan suka berbagi. Kenangan dan kesan bersama seorang buya yang sangat luar biasa. Pelajaran terindah saat ada pertanyaan. "Buya, saya pernah mengisi taushiyah. Sesudah itu saya mendapat rejeki, mungkin pengganti transport. Saya menerima sekian. Tapi saya diminta tandatangan kertas kwitansi kosong tanpa lambang bilangan. Saya sulit tidur dan ketakutan. Bagaimana buya?" Sang buya menjawab: "seharusnya saudara tidak usah menandatangi. Sebab, jika benar rejeki saudara segitu, harusnya ditulis dulu angkanya. Baru ditandatangani. Jika kosong dan saudara menandatangani, ternyata angka sebenarnya berbeda dari yang saudara terima, lalu digunakan untuk yang lain dan oleh yang lain, maka saudara telah medorong orang lain berbuat dosa. Untuk apa taushiyah diadakan?" MasyaAllah... Pertanyaan lagi. Saat seorang ibu menanyakan perilaku anak laki-lakinya. Lebih kurang begini. "Buya, saya terus berdoa untuk anak-

Sandiwara

Sandiwara dalam sebuah perusahaan. Seseorang bercerita sekilas padaku. Namun mendorongku menulisnya disini. Abis, lucu banget sih. Cerita seseorang menunjukkan apa yang dirasa. Tapi, apa yang dirasakan tak semuanya diceritakan. Karena itu juga tergantung, bagaimana dan siapa yang mendengar. Kedewasaan dan kematangan seseorang terlihat dari bagaimana menghadapai keadaan yang dihadapi. Apalagi dalam menjalankan tugas dalam sebuah perusahaan berkelas. Konon keuntungan bersih tiap tahun lumayan besar. karena produksinya telah dikenal dan terjual di mancanegara.  Waaah... beneran nih? Sebagai seorang office boy, ia harus menjalankan apa yang menjadi tuntutan dari atasan. ternyata, bukan atasan saja. ia juga selalu diawasi oleh pengawas perusahaan. apa sih namanhya, lupa. Yang menggelikan adalah, sebenarnya atasan yang lebih tahu. karena hari-hari dari datang hingga pulang, tentu atasan yang lebih tahu. Namun, ternyata pengawasnya yang lebih berperan. Jadi, kasihan ban

Takziyah

TAKZIYAH/melayat. Maksud hati pergi mendayung. Dua, tiga pulau terlampaui. Alam takambang jadi guru. Niat takziyah ananda Rido anak bu zahara. Berjumpa dengan 2 nenek yang cantik jelita. Sedikit mengintip ingin tahu siapa, itulah sifat orang tua. Kuizin masuk tuk menemuibya, ternyata masih tertutupi sebagian tubuhnya dengan mekena. Meski telah memakai jilbab dikepala. Diletakkannya ALQURAN yang barusan dibaca di atas bantal sebagai cara memuliakannya. Ternya nenek membaca huruf arabnya tanpa kaca mata. Suasana bersih, suci, menambah ketenangannya. Penasaran kuingin mendengar bacaan tanda tidak kabur matanya. Jelas dan fasih, sungguh luarbiasa. Untaian butiran tasbih coklatpun menemaninya. Duh! Mak uwo, teramat cantiknya. Sedemikian khusyukpun, masih menghawatirkan, apa yang hendak dibawa diri dalam menghadap panggilanNya. Mak uwo cantik, 80 kurang usianya. Jelas cerdasnya, karena tahu tahun 1939 lahirnya. Belum lengkap jika tak menemui amak tercinta. Ternyata amak ber

Rindu

Rindu Semua bukan kita yg punya. Termasuk rasa. Iya... rasa ini. Bukan milikku. Rasa rindu. Rindu mendengar nasehatmu. Mgkn ada yg berbeda, mgkn jg ada yg benar-benar membuatku terjaga. Iya, aku rindu Rindu ilmu. Ilmu yg menyadarkanku.

Hakekat Cinta

HAKEKAT CINTA Hakekat cinta Tanpa dikata, hanya dirasa Senin 13 januari 2019 Seorang suami pergi merantau.  Jauh ke negeri bertuah di kota pekanbaru. Beberapa niat dipasang untuk mencari perbaikan. Baru sehari ditinggal, istrinya sakit.  Kasihan... Makan gak makan yang penting kumpul Oooooh...