ani dan telur ayam kampung
Ani dan
Telur Ayam Kampung
Nurlaila
Tussubha, S.PdI
IGTKI
Kota Padang Panjang
Porseni IGTKI Tingkat
Propinsi Sumatera Barat
23 Januari 2013
Pegangan untuk orang tua dan pendidik anak usia dini
ANI DAN
TELUR AYAM KAMPUNG
Ani adalah seorang anak perempuan, berumur
enam tahun.
Ia sekolah di TK Nurul Iman, desa Suka Damai.
Ani tinggal bersama nenek.
Ibunya telah meninggal dan ayahnya pergi
merantau ke pulau Jawa.
Ani anak yang sopan, jujur, mandiri
dan suka menolong
Siang itu, Ani pulang sekolah. Ia gembira,
ingin segera bertemu dengan nenek.
Tok! Tok! Tok! “Assalamualikum! Nek! Nenek! Assalamualaikum!
“Loh, kok nenek tidak ada, kemana ya?” kata
Ani.
Ani menuju kamar nenek. “Assalamualaikum,
nek!”
“Waalaikumussalam. Alhamdulillah, kamu sudah
pulang, nak.”
Suara nenek gemetar dan pelan.
Ani terkejut melihat nenek berbaring di atas
tempat tidur.
“Nenek! Nenek mengapa, sakit, ya?” tanya Ani.
“Nenek merasa panas dingin. Seperti demam.
Nenek belum minum obat, karena telur ayam
kampungnya sudah habis.”
Obat nenek berupa telur ayam kampung dan
madu.
Ani membantu nenek membeli telur ke warung
pak Hasan.
“Assalamualaikum, Pak!” sapa Ani.
“Walaikumussalam, Ani. Apa kabar?”
“Baik. Pak, Ani beli telur ayam kampung dua butir.
Ini uangnya, lima ribu rupiah.”
“Iya, ini telurnya, dan uang kembalinya
seribu rupiah.”
“Terima kasih, pak.” “Sama-sama.”
“Oh iya, nenek kamu kemana? Kok tidak menjual
pisang goreng?”
“Nenek sakit, Pak.” “Ooh, sampaikan salam
bapak ya, semoga nenek cepat sembuh.”
“Amin. Terima kasih, Pak.”
Ani pulang membawa telur, berdoa agar
neneknya lekas sembuh.
Saat berjalan, Ani menyanyi sambil melompat
dan berputar.
Lagu Ani berjudul “Hormat Kepada Semua”
Hormati orang tua
Yang tlah merawat kita
Yang tlah mengasuh kita sampai kita dewasa
Hormati guru kita yang tlah membimbing kita
Hormati nenek yang sayang kita
Hormati kakek yang menjaga kita
Hormati orang yang lebih tua hormati semua.
Ani lupa, kalau ia sedang membawa telur. Telurnya
jatuh, dan... pecah.
“Astaghfirullahal adzim, telurnya
pecah. Bagaimana ya? nenek gak jadi minum obat.”
Ani menyesal, dan sedih. Namun Ani terus
pulang. Ia berjalan pelan sambil menahan
tangis.
Sampai di rumah, Ani menyampaikan kepada
nenek.
“Assalamualaikum, Nek.” “Waalaikum salam. Mana
telurnya, kenapa kamu bersedih, nak?”
Ani bercerita dengan jujur kepada nenek. “Nek,
Ani minta maaf. Telurnya jatuh dan pecah.”
“Kenapa bisa pecah?”
“Tadi Ani menyanyi
sambil berputar.”
“Oh, tidak apa-apa.”Sekarang, kamu pergi lagi
ya.
Uang nenek masih ada seribu rupiah. Beli telur
satu lagi. Hati-hati ya nak.”
“Insya Allah, nek. Assalamu alaikum.”
“Waalaikum salam”
“Pak, ani beli telur lagi. Telur tadi pecah.
Ani beli satu saja pak. Ini uangnya, dua ribu.”
“Iya, ini telurnya, nak. Nah, karena Ani anak
yang jujur, sopan dan suka menolong,
Bapak
memberi hadiah satu buah telur lagi.Semoga nenek lekas sembuh.”
“Alhamdulillah, terimakasih pak.”
Sekarang, Ani
lebih hati-hati,
Ani sampai di rumah dengan selamat.
“Assalamualaikum, nek.” “Waalaikum salam, nak.”
“Nek, ini telurnya.”“Terimakasih, nak. Loh,
kok telurnya dua butir?
“Iya nek. Tadi pak Hasan memberi hadiah satu
butir telur .”
Ani membantu nenek menyiapkan gelas, sendok,
mangkok dan air putih.
Lalu Ani membecahkan telur dengan sendok.
Putih telur dimasukkan kedalam mangkok,
kuning telur dimasukkan ke dalam gelas.
Ani menambahkan dua sendok madu ke dalam
kuning telur, dan mengocoknya.
“Ini
obatnya, nek. Silahkan minum!”
“Terimakasih,
nak. Bismillahirrahmanirrahim.”
Nenek minum obat, lalu minum air putih.
Alhamdulillah.
Sesudah minum, nenek istirahat dan tertidur.
Tak lupa nenek berdoa.
Ani
menemani, duduk di samping nenek. Ia memijit-mijit badan dan kaki nenek.
Ani
berdoa agar saat bangun tidur nanti, nenek sehat dan segar kembali.
Sore
hari, saat bangun tidur, nenek berdoa. Nenek telah sehat dan segar kembali.
Ani
bersyukur kepada Allah SWT, karena telah mengabulkan doa.
Ia
gembira telah membantu nenek.
Ia
ingat pesan nenek saat membeli telur.
Ani
pun berjanji akan selalu berhati-hati agar selamat.
Komentar
Posting Komentar