Mayapada

Adalah seseorang menyebutku berkata kasar dan pedas. Padahal aku tak mengatakan kata-kata kasar apalagi kotor. Aku hanya menyebut dan mengatakan apa yang seharusnya kukatakan. Biasa saja.
Mungkin kalo teman biasa kumpul sehari-hari hal tersebut biasa. Bahkan lebih dari itu, banyak pun kebun binatang, tak ada masalah. Karena itu jelas, kawan. Konco kongkow.
Akan tetapi beda dengan orang yang jauh, belum pernah jumpa, hanya karena ada ketertarikan, lalu aku tidak melayani seperti yang diharapkan. Namun tidak segan, akhirnya dia pun mengakui, aku orang baik.
Aku tak peduli apapun nilai orang. Aku tak perlu sanjungan apalagi pujian.
Karena ternyata, disepanjang perjalanan hidup banyak pemandangan kusaksikan, hingga kepergian bapakku, mbah putri sekaligus guru dzikirku (yang beberap doa dan amalannya sama dengan yang kudapat dari Daengku) dan orang-orang yang kucintai telah meninggalkanku lebih dulu.
Belum lagi dinamika hidupku dalam cinta dan suka.
Apalagi yang kucari. Apalagi yang ingin kugapai. Apalagi... apalagi umur tak lama lagi. Gak perlu.
Nah ini niiii yg aneh.  Jujur.
Bertemu orang dengan segala kemisteriusannya, kata, crita, cinta dan polahnya.
Ah! Tapi jauh. Jauh dia berada.
Aku tertantang. Banyak hal harus kutimba darinya. Dia... banyak ilmu. Banyak pengalaman. Suka berpetualang. Berkawan dengan para almarhum (hii serrreem...). 7 kembarannya di dunia. Banyak keajaiban dekat ka'batullah. Banyak kejadian di kota Nabi. Dia... dia... manusia biasa. Bukan makhluk gaib. Dia... susah aku menyebutnya.
Yang jelas, aneh.
Dia bilang masih muda. Dia bilang umurnya masih panjang. Dia bilaaaang...... banyak lagi.
Padahal udah tuaaaa.... padahal umur siapa yang tahuuu...
Dan aku, aku dibuatnya... serasa hampir tak bernyawa. Oh tidak! Bukan itu maksudku.
Aku merasaaaaa... ingin berteman aja. Karena aku.... ingin berteman. Iya.... ingin berteman..
Tapi aku didiamiiin....
Apa salahku? Tentu, itu tanyaku.
Aku salah? Mungkin.
Aku mengganggu? Mungkin.
Tapi dia pernah bilang enggak kok. Kan cuma di mayapada... (bukan nama rumah sakit loo)
Aku, aku, aku gak salahkan?
Jika kusalah, katakan....
Pliiiisss... katakan....
Apa ini nafsu? Enggak. Bukan.
Enggak mau...
Karena puasa? Tidak. Tidak kok.
Oh Tuhan...
Aku tahu orangnya online di wa. Tapi sakiiit... punyaku gak dibacaaaa... apalagi dibalaaaas...
Ini mungkin hukum karma. Karena aku pernah gitukan orang.
Tapi rasanya belum pernah deh diamin orang kaya begini? Aku masih juga mau bicara, mau jelasin kenapa aku begitu, dan lain-lain.
Kalo ini, didiemin aja. Tapi... inilah ilmu terbaik yang terjadi. Diem, lebih baik dari pada berkata yang mubadzir. Aman.
Tu buktinya, aku jelasin yabg sebenarnya, dibilangnya aku bicara kasar. Pedas. Ooh...!!!
Ya ALLAH...
(Mencoba menulis aja...)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita AKU ANAK HEBAT

PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI di TK