BURUNG TERKUKUR



BURUNG TERKUKUR
Pagi ini. Pukul 6.16 di tempatku.
Itu suara burung terkuku. Burung kesukaan ayahku.
Ayah, manusia tiada duanya bagiku. Menyayangi anak kecil, menyayangi tanaman, dan menyayangi binatang.
Berbagai binatang unik di koleksi.
Seingatku ayah memiliki macam-macam burung. Setiap ayah pergi kemana-mana, dengan sedan kuningnya ayah seringkali pulang membawa oleh-oleh binatang.
Yang masih kuingat, ayah membawa pulang, burung dan binatang lainnya.
Ayah hobi koleksi burung semenjak kami tinggal di sebelah selatan masjid. Di desa Tegalsari. Saat pindah ke rumah sewaan di rumah bu carik, itu yang lebih banyak.
Saat di rumah eyang Suroso juga masih ada. Di rumah mbah Muji, aku lupa, karena saat itu aku SMP dan jarang sekali pulang.
Tapi di rumah terakhir, seingatku, ayah masih menyukai burung terkuku….

Suara yang terdengar saat ini, sepertinya suara burung perkutut, burung, macam-macam, aku lupa namanya.
Suara burung itu masih ada sampai aku menulis pada baris ini.
“Te ku kurrrr, teku kurrrr….
Mbah putriku bilang, ia bertasbih.
Benar, kata Allah dalam al-Quran ia bertasbih. Hanya manusia yang tidak mengetahui apa jelas bacaan tasbihnya versi burung. Namun intinya, ia memuji Allah.
Eh, terdengar pula suara burung lain barusan. Hanya sebentar
“cit cit cit…

Burung terkuku… indah sekali suaramu…. Semoga Allah ampuni, ayahku….
Amiiin…
Terku  kurrr… terku kur…. Terku kurrr…. Masih bertasbih…
Suara itu masuh terdengar, semakin samar, agak menjauh…
Dan berubah lebih kencang… ku kurrr, ku kurrr ku, ku kurrr….
Masih terdengar… dimanakah ia hinggap.
Oooh... iya...
Tetangga sebelahku kan banyak memelihara burung... masyaAllah...




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita AKU ANAK HEBAT

Magister

PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI di TK